1. Jejak Kaki
Disana diujung hutan
terdapat pohon
hijau, rimbun dan garang
ia ramai tak satupun orang disana
Duduklah diatas kursi
coba kau teguk teh aroma melati
disimpang jalan menuju kota
dengan hati yang tak sendiri
Hari tiba
angin datang seketika
kau dan aku dari arah sana
dikala pagi
Datang dengan bangga
membawa arit dan bibit
tancapkan luka dan mengislah
ia akan tumbuh dalam kehidupan
Rintik hujan adalah kunci
dari lara setiap hidup
menerima akan terpaksaan
tumbuh dalam keberanian
2. Ia tak mati
Jutaan manusia
berdiri diatas tanah bumi
banyak dari mereka
rela membunuh nurani hati
melupakan jati diri
berdiri ia kekang perabot besi
digoyangkan tangan
hancurlah setiap isi bumi
Dibelahan bumi sana
apa yang terjadi dari sejarah dunia
tapi tak semua sama
teriak seorang pria
melihat rumah digusur
melihat setiap manusia menggagur
ia adalah cahaya
diantara gelap nya negeri
Para orang berseragam
datang disuatu malam
dengan membawa senjata
tak peduli hati
hari ini adalah tugas dari negara
Suara suara itu muncul
disamping toko
disamping bioskop
diatas rumah
depan sekolah
pemerintah kebingungan
siapa target selanjutnya
Pagi jam tiga menuju subuh
tergeletak orang dipinggir jalan
atas nama keadilan
katanya dia bajingan
tetapi ada orang membenarkan
bahwa dia pejuang
dia mati bukan karena maling
tapi dia mati dibunuh negeri ini
Nada sumbang membengung ditelinga
masjid tutup
toko tutup
pasar tutup
uang tak sanggup ku pakai
para pejuang yang kemarin mati
kini lahir seribu dengan jiwa baru
kau tahu negara itu sangat abu abu
hingga hari ini rakyat cari hidup sendiri
dengan hati berani
meski nanti mati
tapi semangat ini akan abadi
3. Nasib
Katakanlah pada ku soal lelah
Dengan semua keluh kesah
Duduklah dan janganlah resah
Diantara hidup yang susah
Jalanan yang sepi
Senandung malam gelap
Pedagang kaki lima yang semangat
Menanti sebuah pembeli
Kau dan aku tahu
Dari manakah air ini berasal
Dari manakah pabrik itu bertuan
Kita korban dari orang serakah
4. Sedih
Hari tak ada perubahan
Cemas fikirkan tak tahu harus apa
Mau kemana lagi kaki berpijak
Diantara nada sendu
Tanah air tak menjadi hakikat lagi
Ia selalu digali dengan ambisi
Ia selalu jadi masalah sana sani
Dan pembangunan juga kepentingan
Jika aku peduli
Pada harga diri juga nurani
Tak ada yang mampu menandingi
Kecuali tirani
Anak-anak sekolah yang menangis
Hari larut dengan angka dan biaya
wajah wajah itu tidak menangis
tapi ada luka dalam hatinya